AHLAN WA SAHLAN BI HUDHUURIKUM

SESUNGGUHNYA ISLAM ADALAH AGAMA YANG SEMPURNA. JALAN KEHIDUPAN MANUSIA DARI DUNIA MENUJU ALLAH SWT, RAHMAT DAN SURGANYA. RASULULLAH SAW ADALAH PEMANDU DAN PEMBIMBINGNYA.

Sabtu, 02 Maret 2013

keajaiban shalat


Keajaiban Sholat 5 Waktu

     Ada beberapa rahasia sekaligus keajaiban yang patut diketahui umat Islam di balik perintah melaksanakan sholat 5 waktu yang bisa juga disebut sholat fardhu. Hal ini telah diungkapkan salah seorang sahabat Nabi, Ali bin Abi Talib r.a. 

     Dalam satu kesempatan sahabat Ali berkata, 'Sewaktu Rasulullah saw. duduk bersama para sahabat Muhajirin dan Anshor, maka dengan tiba-tiba datanglah satu rombongan orang-orang Yahudi lalu berkata, 'Ya Muhammad, kami hendak bertanya kepada kamu kalimat-kalimat yang telah diberikan oleh Allah kepada Nabi Musa a.s. yang tidak diberikan kecuali kepada para Nabi utusan Allah atau malaikat muqarrab.' 
     Lalu Rasulullah saw bersabda, 'Silahkan bertanya.' Berkata orang Yahudi,'Coba terangkan kepada kami tentang 5 waktu yang diwajibkan oleh Allah atas umatmu.' 
     Sabda Rasulullah saw. "Shalat Dhuhur jika tergelincir matahari, maka bertasbihlah segala sesuatu kepada Tuhan. Shalat Ashar itu ialah saat ketika Nabi Adam a.s. memakan buah khuldi. Shalat Maghrib itu adalah saat Allah menerima taubat Nabi Adam a.s.  Maka setiap mukmin yang bershalat Maghrib ikhlas dan kemudian dia berdo'a meminta sesuatu pada Allah maka pasti Allah akan mengabulkan permintaannya. Shalat Isya' itu ialah shalat yang dikerjakan oleh para Rasul sebelumku. Shalat Subuh adalah sebelum terbit matahari. Ini karena apabila matahari terbit, terbitnya di antara dua tanduk syaiton dan di situ sujudnya setiap orang kafir.' 
     Setelah orang Yahudi mendengar penjelasan dari Rasulullah saw, lalu mereka berkata, 'Memang benar apa yang kamu katakan itu Muhammad. Katakanlah kepada kami apakah pahala yang akan diperoleh oleh orang yang shalat.' 
     Rasulullah saw. bersabda, 'Jagalah waktu-waktu shalat terutama shalat yang pertengahan. Shalat Dhuhur, pada saat itu nyalanya neraka jahanam. Orang-orang mukmin yang mengerjakan shalat pada ketika itu akan diharamkan atasnya uap api neraka jahanam pada hari Kiamat nanti.' 
     Sabda Rasulullah saw. lagi, 'Manakala shalat Ashar, adalah saat dimana Nabi Adam a.s. memakan buah khuldi. Ini sebagai pertanda atau pengingat umat Islam untuk tidak melakukan hal yang dilarang Allah seperti halnya Nabi Adam a.s. agar orang-orang mukmin yang mengerjakan shalat Ashar akan diampunkan dosanya seperti bayi yang baru lahir.' 
     Selepas itu Rasulullah saw. membaca ayat yang bermaksud, 'Jaggalah waktu-waktu shalat terutama sekali shalat yang pertengahan. Shalat Maghrib itu adalah saat di mana taubat Nabi Adam a.s. diterima. Ini juga sebagai pertanda bahwa apapun permohonan sungguh-sungguh (menyangkut semua hajat) kepada Allah, akan mustajab. Karena saat di sekitar maghrib itu adalah saat mustajabahnya permohonan. Seorang mukmin yang ikhlas mengerjakan shalat Maghrib kemudian meminta sesuatu kepada Allah, maka Allah akan perkenankan.' 
     Sabda Rasulullah saw. 'Shalat Isya' (atamah). Katakan kubur itu adalah sangat gelap dan begitu juga pada hari Kiamat, maka seorang mukmin yang berjalan dalam malam yang gelap untuk pergi menunaikan shalat isya' berjamaah, Allah SWT haramkan dirinya daripada terkena nyala api neraka dan diberikan kepadanya cahaya untuk menyeberangi Titian Sirath yang di atas neraka.' 
     Sabda Rasulullah saw. seterusnya, 'Shalat Subuh pula, seseorrang mukmin yang mengerjakan shalat Subuh selama 40 hari secara berjamaah, diberikan kepadanya oleh Allah SWT dua kebebasan yaitu: Dibebaskan daripada api neraka serta dibebaskannya dari sifat munafik (nifaq). 
     Setelah orang Yahudi mendengar penjelasan rasulullah saw, maka mereka berkata, 'Memang benarlah apa yang kamu katakan itu wahai Muhammad. Kini katakan pula kepada kami semua, kenapa Allah SWT mewajibkan puasa 30 hari atas umatmu?' 
     Sabda Rasulullah saw, 'Ketika nabi Adam memakan buah pohon khuldi yang dilarang, lalu makanan itu tersangkut dalam perut Nabi Adam a.s. selama 30 hari. Kemudian Allah SWT mewajibbkan atas keturunan Adam a.s. berlapar selama 30 hari. Sementara diizinkan makan di waktu malam itu adalah sebagai karunia Allah SWT kepada makhluk-Nya.' 
     Kata orang yahudi lagi, 'Wahai Muhammad, memang benarlah apa yang kamu katakan itu. Kini terangkan kepada kami mengenai ganjaran pahala yang diperoleh dari berpuasa itu.' 
     Sabda Rasulullah saw, 'seorang hamba yang berpuasa dalam bulan ramadhan dengan ikhlas kepada Allah SWT , dia akan diberikan Allah SWT 7 perkara: 
  1. Akan dicairkan daging haram yang tumbuh dari badannya (daging yang tumbuh dari makanan yang haram).
  2. Rahmat Allah SWT senantiasa dekat dengannya. 
  3. Diberi oleh Allah SWT sebaik-baik amal. 
  4. Dijauhkan dari merasa lapar dan dahaga. 
  5. Diringankan baginya siksa kubur (siksa yang amat mengerikan). 
  6. Diberikan cahaya oleh Allah SWT pada hari Kiamat untuk menyeberang Titian Sirath. 
  7. Allah SWT akan memberinya kemudahan di surga. 
     Kata orang Yahudi, 'Benar apa yang kamu katakan itu Muhammad. Katakan kepada kami kelebihanmu di antara semua para nabi.'
     Sabda Rasululah saw. 'Seorang nabi menggunakan do'a mustajabnya untuk membinasakan umatnya, tetapi aku tetap menyimpan do'aku ( untuk aku gunakan memberi syafaat kepada umat saya di hari kiamat).'
     Kata orang Yahudi, 'Benar apa yang kamu katakan itu Muhammad. Kini kami mengakui dengan ucapan Asyhadu Alla Illaaha Illallah, wa annaka Rasulullah ( kami percaya bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan engkau utusan Allah ).'
     Sedikit peringatan untuk kita semua: "Dan sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berilah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS. Al Baqarah : 155)
    "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya." (QS. Al Baqarah: 286)

Sabtu, 29 Januari 2011

For Us: Hak-hak Orang Tua pada Anaknya

For Us: Hak-hak Orang Tua pada Anaknya: "Kedudukan orang tua di dalam Al Quran tinggi sekali. Hal itu bisa kita lihat di surah Al Israa’: 23. 'Dan Tuhanmu telah memerin..."

Jumat, 24 Desember 2010

Hijrah… Sebagai Manhaj untuk Membangun Umat; Oleh: DR. Muhammad Mahdi Akif

ismillah, was sholatu was salam ala Rasulillah wa man waalaah, selanjutnya… Kita menyambut tahun baru hijriah yang memiliki banyak kabar gembira yang meliputi kita…
Betapa kita butuh pada hari ini memiliki azzam dan kesungguhan untuk mengembalikan kemuliaan dengan semangat dan keteguhan jiwa!! Betapa kita butuh pada hari ini – sementara umat pada saat ini sudah menjadi pengekor bagi musuh-musuhnya – memulai langkah-langkah baru untuk membangunnya kembali!! Dan tahun baru hijrah datang dengan kesaksian-kesaksiannya dan peristiwa-peristiwanya merupakan sebuah manhaj yang memberikan ilham kepada para mukhlisin akan sebuah pondasi bangunan; bahwa hijrah merupakan perpindahan dari fase kesabaran terhadap siksaan di kota Mekkah menuju fase kesabaran terhadap dakwah dan pergerakan dalam risalah Islam. Hijrah dari fase keimanan dan pembinaan individual menuju fase pembangunan masyarakat dan pembentukan umat dengan syariat Allah SWT.
Pembentukan tersebut yang dimulai pada awalnya dengan keimanan yang benar dan kerja yang tiada henti “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Al-Baqoroh: 218). Bukan berarti lari dan menghindar dari penghadangan (berhadapan dengan musuh), namun merupakan pemisahan antara kebenaran dan kebatilan dengan cara mujahadah (sungguh-sungguh), mengerahkan tenaga dan jiwa dan tadhiyah (pengorbanan), untuk mempersiapkan taktik lain dalam menghadapinya, karena itu Allah menyamakannya dengan jihad di jalan Allah.
Sungguh langkah dan strategi ini tidak akan sukses kecuali dengan mengikuti metode hijrah dan adanya perasaan kebersamaan dengan Allah, tsiqoh yang sempurna akan kemenangan Allah di masa mendatang: “Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) Maka Sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang Dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu Dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita” (At-taubah: 40).
Dan pertolongan Allah bergantung pada apa yang dihadirkan oleh para generasi umat melalui pengorbanan dengan segala apa yang dimiliki, sekalipun makar dan persekongkolan mengelilingi mereka; disaat mereka menghiasi diri dengan keinginan yang kuat dan semangat yang tinggi; karena Allah berkuasa atas segala perkaranya… “Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. dan Allah Sebaik-baik pembalas tipu daya” (Al-Anfal: 30).
Adapun kita, memiliki hijrah yang sebenarnya?!
Hijrah dari kondisi yang lemah menuju penyerahan diri kepada Allah, hijrah dari kehinaan menuju kemuliaan untuk bergerak di jalan iman, hijrah dari kemalasan menuju kesungguhan menghadapi berbagai tantangan kehidupan, hijrah dari kemunduruan yang menghinakan menuju kemajuan dan kemuliaan; sehingga terwujud manhaj hijrah tersebut dalam membina generasi pemuda belia pemberani seperti Imam Ali RA, pemuda yang berani seperti sikap Abdullah bin Abu Bakar, lelaki yang berani berkorban seperti Suhaib, wanita yang punya peran aktif dalam risalah seperti pemilik dua selendang (dzatu nithoqoin), keluarga yang taat seperti sikap keluarga Abu Salamah dan jamaah yang memiliki strategi dan persiapan dan membentuk manusia untuk berkorban dan bekerja di jalan Allah.
Dari situlah cahaya umat akan memancar kembali; jika terwujud hijrah yang sebenarnya; hijrah dari kedzaliman menuju keadilan, dari kedzaliman menuju persamaan, dari penindasan menuju kebebasan, dari kehinaan menuju kemuliaan, dari kenistaan menuju keperkasaan, yang dengannya dapat mengeluarkan diri dari mengekor pada proyek Zionis Amerika – yang telah membebani umat dengan banyak hutang – menuju kesempurnaan ajaran Islam dan ekonomi saling tolong menolong, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi SAW dengan membangun pasar Islam setelah hijrah, menghapus pengangguran dan mendirikan bangunan ekonomi kebersamaan; sehingga tidak ada kefakiran, tidak ada cara, tidak ada alasan dan tidak ada hijrah bagi setiap pemuda untuk lari dari kemiskinan menuju kematian!!
Hijrah dari kondisi lemah dan kekuasaan politik yang meninda dan dzalim menuju meningkatnya keinginan yang kuat untuk membangun peradaban yang integral, terikat hubungan kemanusiaannya dengan Allah yang menguasai langit dan bumi, sehingga dapat menghindar dari buruknya lari dari perang dan perseteruan buta, jahatnya pembunuhan dan kekerasan, dan kejamnya perampasan dan pelecehan hak.
Hijrah yang dapat meningkatnya umat dari kesemrawutan dan perpecahan menuju umat yang satu, diawali dari hijrah dalam piagam madinah yang ditulis oleh Nabi SAW seperti: “inilah tulisan dari Muhammad sang nabi antara orang-orang yang beriman, kaum muslimin dari Quraisy dan Yatsrib, dan orang-orang yang mengikuti dan menyertai mereka serta berjuang bersama mereka.. mereka adalah umat yang satu dari seluruh manusia”.
Marilah kita bangkit; karena hal tersebut tidaklah sulit
Betapa kita saat ini membutuhkan untuk bangkit seperti bangkitnya umat dahulu; membawa tauhid yang murni yang dipersenjatai dengan ilmu yang tinggi, mengikuti warisan para nabi, menyeru dengan cara dialog dan methode yang baik!!
Kita jadikan Islam sebagai sistem kehidupan; baik ekonomi, politik, sosial dan militer, karena hal tersebut tidaklah sulit bagi umat yang memiliki sifat ini; Allah SWT berfirman: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah” (Ali Imron: 110), khususnya terhadap umat yang dijadikan oleh Allah umat yang adil. “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu” (Al-Baqoroh: 143). Dan sungguh saya heran dengan kondisi umat saat ini yang mengalami hijrah terhadap akal dan wawasan mereka terutama generasi penerusnya untuk dimanfaatkan orang lain, dan menghalangi warganya untuk mendapatkan ilmu!!
Jadi, hijrah merupakan seruan membangun umat, mulai menaikkan posisinya – sekalipun kondisi yang menyedihkan -; dari kehancuran dan peperangan, pecah belah dan penjajahan; karena itu umat membutuhkan kita untuk berusaha yang tiada henti sehingga pertolongan Allah akan datang – dalam waktu dekat -: “Sesungguhnya Kami menolong Rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat)” (Al-Mu’min: 51) dan benarlah sabda Nabi SAW yang memberikan kabar gembira kepada kita hakikat ini:

إِنَّ اللَّهَ زَوَى لِي الْأَرْضَ فَرَأَيْتُ مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا وَإِنَّ أُمَّتِي سَيَبْلُغُ مُلْكُهَا مَا زُوِيَ لِي مِنْهَا

“Sesungguhnya Allah telah memberikan kepadaku bumi maka aku melihat arah timur dan baratnya, dan sungguh umatku akan mencapai kerajaannya sebagaima yang telah ditampakkan kepadaku darinya”. (HR. Muslim)
Harapan yang harus diwujudkan ini oleh kita – sebagai individu, masyarakat dan pemerintahan – adalah;
1. Kita harus memiliki ketsiqohan walaupun krisis yang mendera begitu kuat, dan yakin bahwa kemenangan umat tidak mustahil.
2. Setiap individu hendaknya bertanya pada dirinya sendiri: Apa peran saya dalam pembangunan umat setelah terjadi kegagalan pada seluruh manhaj konvensional?! Khususnya di Negara-negara yang dibuatnya sebelum yang lainnya; dari sosialisme, fasisme dan kapitalisme, tidak ada manhaj bagi kita kecuali manhaj Islam dan merupakan satu-satunya proyek dalam membangun umat.

Bagaimana kita merealisasikan manhaj Islam
Jika kita ingin merealisasikan manhaj Islam maka kita harus memulai dari hijrah; mentauladani rasul; karena beliau merupakan tauladan kita; yaitu diawali dengan hijrahnya seseorang terusir dari kota Mekkah – Nabi SAW dan sahabatnya – dengan menghadirkan jiwa pengorbanan dan diakhiri dengan tamkin (kejayaan) terhadap risalah yang diemban oleh Nabi SAW; menuju risalah-risalah perbaikan terhadap raja-raja dan pemerintah lainnya yang ada dimuka bumi ini.
Jika kita ingin membangun umat atas dasar manhaj Islam maka kita harus memulai dari hijrah; dengan membentuk generasi seperti masa awal, berdasarkan pemahaman, kesadaran dan pengetahuan, baik laki-laki maupun perempuan “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka” (Al-Fath: 29). Generasi yang teguh dengan cinta, kokoh dengan persaudaraan (ukhuwah) “Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan” (Al-Hasyr: 9). Dan generasi yang memenuhi janji dalam dakwahnya, mencintai kampungnya, yang selalu mengulang ungkapan Nabi SAW:

أَمَّا وَاللهِ إِنِّيْ لأَعْلَمُ أَنَّكِ خَيْرُ أَرْضِ اللَّهِ وَأَحَبُّ الْأَرْضِ إِلَى اللَّهِ وَلَوْلَا أَنَّ أَهْلَكِ أَخْرَجُونِي مِنْكِ مَا خَرَجْتُ

“Demi Allah, sungguh aku sangat tahu bahwa engkau adalah sebaik-baik bumi Allah, dan bumi yang paling dicintai kepada Allah, sekiranya jika wargamu tidak mengusirku darimu maka aku tidak akan keluar’

Saya berterus terang kepada kalian
Saya berterus terang kepada kalian bahwa pembangunan umat berawal pada:
1. Hijrah individual; (karena makna)

وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ

“orang yang berhijrah adalah yang mampu menghijrahkan dirinya terhadap apa yang dilarang Allah” (HR. Bukhari) dari sinilah kita memulai sebuah perubahan; melalui taubat dan meninggalkan maksiat dan dosa;

لَا تَنْقَطِعُ الْهِجْرَةُ حَتَّى تَنْقَطِعَ التَّوْبَةُ وَلَا تَنْقَطِعُ التَّوْبَةُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا

“Tidak akan berhenti hijrah hingga berhenti taubat, dan tidak akan berhenti taubat hingga matahari terbit dari arah barat”. (HR. Abu Daud)
2. Hijrah secara jamaah dan Negara… yaitu berhijrah dari saling mencela dan mencaci, melakukan pembunuhan, kedzaliman, kebatilan dan segala yang dimurkai Allah; ketika Nabi SAW ditanya:

قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْهِجْرَةِ أَفْضَلُ قَالَ أَنْ تَهْجُرَ مَا كَرِهَ رَبُّكَ عَزَّ وَجَلَّ

“Hijrah apakah yang paling utama wahai Rasulullah: beliau menjawab: hijrah dari apa yang dibenci Allah”.
Jika seluruh isi dunia melakukan hijrah kepada Allah – karena para nabi seluruhnya juga melakukan hijrah kepada Allah -, dan pada hari ini Zionis telah merampas negeri kita, berkorban dengan harta dan kedudukan mereka; dengan alasan “al-hijrah” namun untuk melakukan kerusakan, penjajahan dan perampasan, Amerika menjajah negeri kita untuk merampas kekayaan kita dan menguasai sumber daya kita.. apakah telah datang kepada kita saatnya hijrah kepada Allah secara hakiki, sehingga dapat kita umumkan dengan lantang: Hijrah kepada Allah untuk membebaskan negeri dan melawan serta menghadapi kedzaliman, kerusakan dan penindasan?!

فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

“Maka barangsiapa yang hijrahnya (ingin mendapat keridhaan) Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya dan wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya kepada apa yang ia niatkan”.
Salawat dan salam atas nabi kita Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat dan akhir doa kita adalah bahwa segala puji hanya milik Allah Tuhan semesta alam.